Friday, December 5, 2008

Retinoblastoma

Pernah dengar nama penyakit itu?
itu adalah penyakit tumor mata, yang biasanya menyerang anak anak usia 6 bulan-2tahun. Penyakit ini genetis, jadi peyebabnya ya dari gen itu.. Belakangan ini daku sering cari informasi tentang penyakit ini.. Mengingat ponkanku yang berumur 22 bulan itu kemarin divonis dokter terkena penyakit ini di mata kirinya, udah stadium lanjut. Katanya matanya harus diangkat.. hiks.. hwaaaa... sedih deh.. dek sausan yang lucu dan cantik...
Mata kirinya ternyata ada bibit tumor juga, dan harus dikemo..Duuuh.. hati orang tua siapa yang gak sedih mendengarnya ya..

ini adalah foto keluarga besar dari suamiku.. sausan (pake bando) yang di tengah yang dipangku ibunya... lucu ya..:-)
akalo ada info.. anything.. yang bisa membantu kami untuk menemukan jalan keluar.. please kontak ASAP ya..

kita udah menghubungi dr. loemongga, udah ke klinik mata nusantara untuk difoto dengan lebih jelas..dan effort terakhir adalah ke dokter nila moeloek.. semoga ada jalan ya..
semoga kita mendapat solusi terbaik untuk semuanya..

kita seyogyanya lebih aware jika ada yang sreg sama anak kita.. ya aware bukan brarti parno ya.. ya musti cari ilmu untuk tau ..

keputusan apapun itu semoga kami semua diberi kekuatan.., karena psikologi orang2 terdekat sebenernya bercampur aduk tidak menentu.. sedangkan sausan sekarang.. tetap tertawa.. riang.. gembira.. seolah tak ada apa..apa..

berikut adalah artikel tentang penyakit tersebut yang saya dapat dari teman milis sehat

http://www.korantempo.com/korantempo/2008/07/23/Gaya_Hidup/krn,20080723,66.id.ht\
ml

Rabu, 23 Juli 2008
Gaya Hidup
Terlambat Berobat, Mata Hilang

Kematian akibat retinoblastoma pada anak mencapai 60 persen karena terlambat
berobat.

Ahmad Abiyu Sofyan, 12 tahun, berulang kali terlihat membetulkan letak kacamata
tebalnya. Alat bantu baca yang nangkring di matanya itu bukan kacamata biasa.
Ini adalah protesa, kacamata yang berfungsi sebagai mata palsu. "Sejak dua tahun
yang lalu dia mengenakan protesa karena mata kirinya terpaksa diangkat setelah
terkena kanker," ujar ibunya, Nur Asiyah.

Abiyu adalah mantan pasien kanker bola mata (retinoblastoma). Walau hanya bisa
melihat dengan satu mata, murid kelas VI Sekolah Dasar Negeri Surya Bahari,
Tangerang, ini bisa bermain dan melakukan aktivitas harian seperti anak yang
memiliki indra penglihatan lengkap. Tak hanya itu, Abiyu mengaku tidak mengalami
kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolahnya. "Nggak apa-apa, nggak sakit,"
ujarnya.

Memang benar. Menurut Profesor Djajadiman, SpA(K), dari Rumah Sakit Cipto
Mangukusumo, pengidap retinoblastoma yang sudah menjalani terapi dan operasi
pengangkatan mata bisa kembali menjalani hidupnya secara normal.

Penyakit ini tak lain adalah tumor ganas dalam mata yang berasal dari lapisan
saraf maya, retina. Biasanya kanker jenis ini ditemukan pada anak berusia 5
tahun ke bawah. Di negara maju, angka kematian akibat retinoblastoma sangat
rendah (tidak lebih dari 10 persen). Hal ini karena pasien datang dalam stadium
dini. Berbeda kondisinya dengan di negara berkembang, seperti Indonesia.
Penelitian memperlihatkan angka kematian akibat retinoblastoma masih sangat
tinggi, yakni 50-60 persen, karena umumnya pasien terlambat berobat.

Tidak seperti pada orang dewasa, kanker pada anak dapat disembuhkan hingga 100
persen bila ditemukan dalam stadium awal. "Beda dengan kanker pada orang dewasa,
ada kemungkinan kanker dapat kambuh lagi," ujarnya dalam konferensi pers
kampanye terpadu berbasis komunitas tentang deteksi dini kanker anak yang
digelar di kantor Yayasan Kanker Indonesia, Selasa lalu.

Uniknya, serangan kanker ini pada anak-anak agak sulit dikenali karena mereka
sering kali tidak merasakan atau menceritakan keluhan mereka. "Namun begitu, ada
tanda-tanda umum yang harus diwaspadai oleh orang tua," kata dokter spesialis
anak ini. Gejala ini sering ditandai dengan mata kemerahan, peradangan mata, dan
adanya bintik putih pada bagian mata yang berwarna hitam. Jika sudah parah,
bintik putih tersebut akan membesar dan kemudian akan memantulkan cahaya yang
masuk ke mata--seperti mata kucing. "Jadi karena ada refleks cahaya, tumor itu
seperti bersinar, tapi ini menandakan bahwa kanker ini sudah tidak terlalu
dini," ia menjelaskan.

Djajadiman menyarankan, bila orang tua menemukan gejala tersebut, segera membawa
sang anak ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya agar mendapatkan
perawatan dan pengobatan yang lebih lanjut. Bila dibiarkan atau tidak diobati
dengan dengan tepat, tumor akan berkembang dan menyebar ke sumsum tulang atau ke
otak sehingga dapat mengancam nyawanya.

Retinoblastoma stadium dini biasanya diobati dengan cara operasi dengan atau
tanpa kombinasi kemoterapi atau radioterapi. Bila kanker masih berukuran di
bawah 0,5 sentimeter, mata masih bisa dipertahankan.

Namun, bila sudah stadium lanjut, operasi dengan mengangkat mata terpaksa
dilakukan dan dipasang mata palsu (protesa) agar anak tetap dapat berpenampilan
baik. "Sayangnya, banyak orang tua dan tenaga medis yang tak mengenali gejala
awal tersebut sehingga terkadang pasien sudah sampai pada stadium lanjut,"
tuturnya.

Djajadiman menyebutkan, kanker pada anak dapat timbul sejak lahir atau setelah
melewati usia bayi. Kasus kanker anak saat ini mencapai sekitar 3 persen dari
total kejadian penyakit kanker. Dia mengatakan hingga kini, untuk kanker pada
anak, belum diketahui penyebabnya, tapi diduga berhubungan dengan kelainan
genetik yang membuat pertumbuhan kanker yang seharusnya terkendali menjadi tidak
terkendali. Ini berbeda dengan kanker pada orang dewasa yang bisa timbul karena
faktor perilaku dan gaya hidup.

"Mungkin bila suatu hari nanti penyebabnya dapat diketahui, kanker pada anak
dapat diatasi dengan metode terapi. Terapinya mungkin dalam bentuk

terapi gen dan bukan terapi untuk pencegahan," ujarnya.

Di dunia, setiap tahun diperkirakan lebih dari 160 ribu kasus kanker anak
terdiagnosis dan sedikitnya 90 ribu anak meninggal karena kanker. Sekitar 80
persen anak penderita kanker ada di negara berkembang, termasuk Indonesia.
Karena keterbatasan pengetahuan dan akses informasi, kemampuan bertahan pasien
anak ini kurang dari 20 persen. Akibatnya, lebih dari dua anak yang terdiagnosis
kanker akan meninggal. Ini berbeda dengan di negara-negara maju yang daya
tahannya bisa mencapai lebih dari 80 persen.

Rumah Sakit Kanker Dharmais pada 2007 mencatat kasus kanker anak yang paling
sering terjadi adalah kanker bola mata sebesar 16 persen dan kanker darah
(leukemia) 16 persen, disusul kanker otak, kanker

saraf (neuroblastoma), kanker tulang, dan kanker hati. MARLINA MARIANNA SIAHAAN
koran